Hikmah Abadi dari Ibadah Haji: Makna Tauhid dalam Manasik

You are currently viewing Hikmah Abadi dari Ibadah Haji: Makna Tauhid dalam Manasik

Hikmah Abadi dari Ibadah Haji: Makna Tauhid dalam Manasik

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah, kita memohon pertolongan, ampunan, dan perlindungan dari keburukan jiwa dan amal kita. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kalian meninggal kecuali dalam keadaan sebagai seorang Muslim.

Para calon jemaah haji yang dirahmati Allah, alhamdulillah, kita senantiasa bersyukur atas nikmat yang begitu banyak Allah berikan kepada kita. Nikmat yang tak terhitung jumlahnya dan tak terbayangkan besarnya. Maka sudah sepantasnya kita bersyukur dengan sebenar-benarnya: dengan hati, lisan, dan amal perbuatan. Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang pandai bersyukur, sehingga nikmat tersebut terus terjaga dan bahkan ditambah oleh-Nya. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi yang kita cintai, Nabi Muhammad ﷺ, kepada keluarga beliau, para sahabat, dan seluruh umat Islam yang mengikuti mereka hingga hari akhir.


Ibadah Haji: Madrasah Kehidupan

Tema kajian kali ini adalah hikmah abadi dari ibadah haji. Sebagaimana kita ketahui, keutamaan ibadah haji sangat luar biasa, baik dari sisi pahala maupun manfaat duniawi. Namun ada sisi lain dari ibadah haji yang sering terlupakan: pelajaran-pelajaran berharganya.

Saking banyaknya pelajaran yang bisa diambil, seorang ulama bahkan menulis buku berjudul Madrasatul Hajj—sekolah kehidupan dari ibadah haji. Ibadah haji ibarat madrasah besar yang membimbing kita melalui pelajaran yang dalam dan bervariasi.

Memang, umumnya pelajaran ini kita rasakan setelah melaksanakan haji. Namun, alangkah baiknya jika kita mengetahuinya lebih awal, agar dapat lebih menghayati ibadah ini saat sedang menjalaninya.


Pelajaran Pertama: Tauhid sebagai Fondasi Ibadah Haji

Pelajaran pertama dan utama dari ibadah haji adalah pentingnya mentauhidkan Allah. Tauhid sangat jelas terlihat dalam seluruh rangkaian manasik haji. Inilah pondasi seluruh ibadah. Tanpa tauhid, seluruh ibadah menjadi sia-sia, sebagaimana kondisi kaum musyrikin Makkah yang juga melakukan berbagai bentuk ibadah—umrah, haji, tawaf, bahkan membangun Ka’bah—namun tetap syirik karena menyekutukan Allah.

Mereka beribadah kepada Allah, tetapi juga kepada berhala, bintang, malaikat, jin, bahkan ruh orang-orang saleh. Inilah yang membatalkan amal mereka. Maka, ibadah haji adalah momen untuk mengokohkan tauhid kita kepada Allah.

Allah ﷻ berfirman dalam Surah Ali Imran:

“وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا”
“Dan (diwajibkan) atas manusia untuk (melaksanakan) haji ke Baitullah, yaitu bagi siapa yang mampu menempuh jalannya.”
(QS. Ali Imran: 97)

Perhatikan awal ayatnya: “Walillahi…” – Hanya untuk Allah. Ini menegaskan bahwa ibadah haji semata-mata untuk Allah, bukan untuk yang lain.

Di Surah Al-Baqarah, Allah juga berfirman:

“وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ”
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.”
(QS. Al-Baqarah: 196)

Sekali lagi, penekanannya adalah lillah — karena Allah. Bukan karena status sosial, bukan karena motivasi dunia, bukan karena kebanggaan semata. Tauhid adalah inti dari seluruh perjalanan haji.


Talbiyah: Deklarasi Tauhid Sejati

Salah satu syiar haji yang paling kuat adalah talbiyah. Bacaan ini bukan hanya pengulangan lisan, melainkan deklarasi tauhid yang nyata:

“Labbaik Allahumma labbaik. Labbaika laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk. Laa syarika lak.”
“Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah. Tiada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya segala pujian, nikmat dan kerajaan adalah milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu.”

Bacaan ini menegaskan bahwa kita datang berhaji bukan karena siapa pun selain Allah. Bukan karena wanita, kedudukan, atau harta. Tapi karena memenuhi panggilan Allah semata. Dari awal hingga akhir, talbiyah ini adalah tauhid murni.


Kesimpulan Sementara: Menanamkan Tauhid dalam Setiap Langkah

Para calon jemaah, pelajaran paling penting dari ibadah haji adalah memperkuat akidah kita. Tauhid adalah inti dari seluruh amal ibadah, termasuk ibadah haji. Jika niat dan pelaksanaan ibadah kita tidak dilandasi tauhid, maka seluruh amalan bisa menjadi sia-sia.

Semoga pelajaran ini menjadi bekal berharga dalam mempersiapkan perjalanan haji Anda, agar bukan hanya fisik yang siap, tapi juga hati yang benar-benar berserah kepada Allah.

Insya Allah bersambung ke bagian 2

Disarikan dari manasik Haji 1446 H oleh Ustadz Dr. Musyaffa’ Ad-Dariny, M.A.

Leave a Reply