Pelajaran Keempat: Kesamaan Manusia di Hadapan Allah
Ibadah haji adalah panggung nyata persamaan derajat manusia di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di sana tidak ada perbedaan antara yang kaya atau miskin, pejabat atau rakyat jelata, bangsawan atau rakyat biasa.
1. Pakaian Ihram: Simbol Kesetaraan
Saat seorang laki-laki menunaikan haji, ia harus mengenakan pakaian ihram yang sama: dua lembar kain putih yang tidak dijahit, tanpa penutup kepala, tanpa parfum, tanpa atribut kemewahan. Di hadapan Allah:
- Sehebat apapun kedudukan duniawinya,
- Sepintar apapun otaknya,
- Sebanyak apapun hartanya,
Ia tetap harus tampil seperti semua orang lainnya.
Tidak ada keistimewaan fisik yang membedakannya di hadapan Allah saat berhaji.
2. Rangkaian Ibadah yang Seragam untuk Semua
Tidak ada yang diberi keringanan hanya karena status sosial:
- Presiden tetap harus tawaf tujuh kali.
- Miliarder tetap harus wukuf di Arafah.
- Ilmuwan jenius tetap harus mabit di Mina.
Bahkan ketika Nabi ﷺ mendoakan tiga kali lipat rahmat bagi mereka yang menggundul rambutnya setelah tahallul, doa itu berlaku bagi siapa saja—bukan berdasarkan status, tapi berdasarkan ketaatan menjalankan sunnah.
3. Ayat-Ayat tentang Kesetaraan
Allah menegaskan:
“Sungguh, semua yang di langit dan di bumi akan datang kepada Allah sebagai hamba.”
(QS. Maryam: 93)
Dan:
“Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah di antara kalian adalah yang paling bertakwa.”
(QS. Al-Hujurat: 13)
Artinya, takwa—bukan gelar, kekayaan, atau penampilan—adalah tolak ukur utama kemuliaan di sisi Allah.
4. Haji Mendidik Jiwa untuk Tidak Minder
Pesan penting dari pelajaran ini adalah:
Setiap orang punya kesempatan yang sama untuk menjadi mulia di sisi Allah.
Mungkin seseorang tidak terkenal, miskin, atau tak memiliki jabatan apa pun. Tapi jika ia sungguh-sungguh bertakwa dan berusaha mendekatkan diri kepada Allah, maka Allah akan memuliakannya.
“Jika kamu ingin menjadi manusia yang paling mulia di sisi Allah, maka jadilah orang yang paling bertakwa.”
Refleksi: Tinggalkan Sombong, Buang Minder
Ibadah haji mengajarkan kepada kita untuk:
- Tidak menyombongkan diri atas dunia, karena semua orang sama di hadapan Allah.
- Tidak merasa rendah diri, karena semua orang punya peluang yang sama untuk mendapatkan kemuliaan melalui takwa.
Kesimpulan Pelajaran Keempat
Dalam ibadah haji, kesetaraan manusia di hadapan Allah benar-benar nyata. Semuanya tunduk kepada syariat yang sama, waktu yang sama, tempat yang sama, dan aturan yang sama.
Tidak ada VIP dalam ibadah.
Tidak ada kelas eksekutif dalam manasik.
Yang ada hanya satu hal yang membedakan: tingkat ketakwaan.
Insya Allah bersambung
Disarikan dari kajian Manasik Haji 1446 H bersama Nasrotul Ummah Travel & Mumtaz Indonesia Travel oleh Ustadz Dr. Musyaffa’ Ad-Dariny, M.A.