Hikmah Sa’i di Antara Shafa dan Marwah: Pelajaran dari Perjuangan Hajar

You are currently viewing Hikmah Sa’i di Antara Shafa dan Marwah: Pelajaran dari Perjuangan Hajar

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, wassalatu wassalam ‘ala Rasulillah.

Salah satu rangkaian penting dalam ibadah umrah dan haji adalah Sa’i, yaitu berjalan bolak-balik antara Bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Amalan ini bukan sekadar ritual fisik, namun penuh dengan makna spiritual yang mendalam.

Kisah Perjuangan Hajar

Sa’i mengingatkan kita pada perjuangan Hajar, istri Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan ibunda Nabi Ismail ‘alaihissalam. Suatu ketika, Hajar ditinggalkan di lembah Makkah yang tandus bersama bayi kecilnya, Ismail. Ketika persediaan makanan dan air habis, Nabi Ismail kecil pun menangis karena kehausan.

Dalam kegundahan itu, Hajar berlari dari Bukit Shafa menuju Bukit Marwah, berusaha mencari sumber air. Namun, ia tidak menemukannya. Ia kembali berlari ke Bukit Shafa, lalu ke Marwah lagi — begitu seterusnya hingga tujuh kali putaran.

7 Kali Putaran yang Penuh Harapan

Pada putaran ketujuh, pertolongan Allah datang. Nabi Ismail menghentakkan kakinya ke tanah, dan atas izin Allah, memancarlah air yang kemudian dikenal sebagai Air Zamzam. Air ini menjadi sumber kehidupan bagi Ismail dan ibundanya di tengah padang pasir yang gersang.

Pelajaran Berharga dari Sa’i

Sa’i bukan sekadar berjalan antara dua bukit. Ia mengajarkan kita makna ikhtiar, kesabaran, dan tawakal. Hajar tidak berhenti berusaha, meskipun berkali-kali tidak menemukan hasil. Namun di ujung ikhtiar itulah, Allah subhanahu wa ta’ala memberikan jalan keluar yang tidak disangka-sangka.

Sebagai jamaah umrah dan haji di masa kini, kita menjalani Sa’i dalam kondisi yang jauh lebih nyaman. Setelah tujuh putaran Sa’i, kita disambut kasur empuk di hotel bintang tiga, empat, atau lima. Berbeda dengan Hajar yang kala itu hanya ditemani bayi yang sedang menangis dan padang pasir yang panas.

Renungan Bagi Seorang Muslim

Para ulama menyebutkan, andai saja Hajar berhenti berusaha sebelum putaran ketujuh, niscaya Nabi Ismail kecil akan meninggal dunia karena kehausan. Oleh sebab itu, Sa’i mengingatkan kita untuk tidak menyerah dalam berikhtiar, walau hasil belum nampak.

Sebagai seorang Muslim, Sa’i menjadi cermin perjuangan dan pengharapan. Setiap langkah yang kita ayunkan di antara Bukit Shafa dan Marwah hendaknya disertai niat, do’a, dan keyakinan bahwa Allah akan memberi jalan keluar di waktu yang tepat.

Leave a Reply