Ka’bah bukan sekadar bangunan suci tempat ibadah umat Islam, tetapi juga memiliki fungsi agung sebagai pusat keseimbangan kehidupan manusia dan alam semesta. Dalam lanjutan kajian ini, dijelaskan sifat keempat dan kelima dari Ka’bah, serta konsekuensi agungnya bagi eksistensi dunia.
Lima Sifat Utama Ka’bah dalam Al-Qur’an
Seperti dijelaskan sebelumnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan lima sifat utama Ka’bah dalam surah Ali Imran ayat 96–97:
- Rumah pertama yang dibangun untuk manusia.
- Penuh berkah (mubarokan).
- Menjadi petunjuk bagi seluruh alam (hudan lil ‘alamin).
- Terdapat tanda-tanda yang jelas, termasuk maqam Ibrahim.
- Siapa yang memasukinya, maka ia akan mendapatkan rasa aman.
Sifat kelima ini sangat penting karena menegaskan bahwa Ka’bah adalah tempat yang diliputi keamanan, baik secara fisik maupun spiritual. Oleh karena itu, Ka’bah wajib diagungkan dan dimuliakan oleh umat Islam.
Cara Mengagungkan dan Memuliakan Ka’bah
Para ulama menyebutkan beberapa bentuk nyata dalam memuliakan Ka’bah, antara lain:
- Menghadap kiblat saat salat: Dari seluruh penjuru dunia, kaum Muslimin menghadapkan wajah mereka ke arah Ka’bah saat melaksanakan salat.
- Menghadap kiblat saat berdoa: Disunnahkan menghadap kiblat saat berdoa, meskipun tidak wajib seperti salat.
- Mendatangi Ka’bah dalam rangka ibadah haji dan umrah.
- Melakukan tawaf mengelilingi Ka’bah sebagai bentuk penghormatan dan pengagungan.
Ka’bah adalah Tiang Dunia: Makna Qiyaman Linnas
Dalam surah Al-Maidah ayat 97, Allah berfirman:
“Ja‘alallahu al-Ka‘bata al-Baita al-Harāma qiyāman lin-nās…”
“Allah telah menjadikan Ka’bah, Baitul Haram, sebagai tonggak (penegak) bagi kehidupan manusia.”
Makna dari kata “qiyāman” adalah tonggak, tiang, atau penyangga. Dalam penjelasan Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab Miftah Daris Sa’adah, disebutkan bahwa:
Ka’bah adalah tiang penyangga alam ini.
Tiang yang dimaksud adalah penopang eksistensi bumi dan langit. Artinya, keberadaan Ka’bah, serta ibadah yang dilakukan di sekitarnya—khususnya tawaf—memiliki efek langsung terhadap keseimbangan dunia.
Tawaf: Aktivitas yang Menjaga Keseimbangan Alam
Diriwayatkan bahwa jika manusia seluruhnya meninggalkan haji dan tidak ada lagi yang bertawaf mengelilingi Ka’bah, maka langit akan runtuh menimpa bumi. Ini sebagaimana dinyatakan oleh sahabat Nabi, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, yang mengatakan:
“Al-Baitul Haram adalah tonggaknya alam. Maka selama Ka’bah itu masih dikunjungi dan dijadikan tempat haji dan tawaf, alam akan tetap tegak.”
Pernyataan ini juga sejalan dengan hasil studi ilmiah yang menyebutkan bahwa pusat gravitasi atau medan magnet bumi berada di sekitar Ka’bah. Dan semakin banyak orang bertawaf, semakin stabil keseimbangan magnet bumi.
Namun, tawaf tidak boleh berlangsung terus-menerus tanpa henti, karena keseimbangan daya magnet bumi memerlukan jeda. Jeda ini secara alami terjadi saat waktu salat tiba, di mana area thawaf dikosongkan karena kaum Muslimin menunaikan salat.
Contohnya adalah saat salat fardhu lima waktu, atau ketika salat Tarawih di bulan Ramadan. Pada waktu-waktu tersebut, aktivitas thawaf berhenti sejenak, menjaga ritme alami sirkulasi energi yang seimbang.
Penutup
Ka’bah bukan hanya sebagai arah kiblat atau tempat ibadah, tetapi juga merupakan pusat keseimbangan spiritual dan kosmis. Ia adalah tonggak penopang eksistensi langit dan bumi, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dan ditegaskan oleh para ulama.
Maka sebagai Muslim, penting bagi kita untuk memahami dan memuliakan Ka’bah bukan hanya secara ritual, tapi juga secara spiritual dan intelektual. Dengan menghayati maknanya, kita akan menjalani ibadah haji dan umrah dengan lebih khusyuk dan bermakna.
Ingin mendapatkan pemahaman mendalam seputar manasik, makna Ka’bah, dan hikmah ibadah haji & umrah?
Ikuti terus artikel dan kajian kami di laman ini. Semoga bermanfaat.