Tauhid dalam Setiap Rukun dan Syiar Manasik Haji

You are currently viewing Tauhid dalam Setiap Rukun dan Syiar Manasik Haji

Tauhid dalam Setiap Rukun dan Syiar Manasik Haji

Setelah kita memahami bahwa talbiyah adalah deklarasi tauhid, kita lanjutkan dengan menelusuri bagaimana setiap tahapan manasik haji pun sarat dengan pelajaran tauhid. Dari tawaf hingga sa’i, dari Safa hingga Arafah—semuanya mengajarkan bahwa hanya Allah-lah yang berhak disembah, dimintai, dan ditakuti.


1. Rakaat Tauhid di Belakang Maqam Ibrahim

Setelah tawaf, kita disunnahkan salat dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim. Dalam salat tersebut, Rasulullah ﷺ mencontohkan membaca dua surat yang sangat agung:

  • Surah Al-Kafirun di rakaat pertama, dan
  • Surah Al-Ikhlas di rakaat kedua.

Kedua surat ini memiliki inti yang sama: penegasan tauhid.

  • Surah Al-Kafirun: “Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.’”
    Ini adalah bentuk penolakan tegas terhadap syirik dan pengokohan hanya kepada ibadah kepada Allah.
  • Surah Al-Ikhlas: “Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa…”
    Surat ini murni tentang sifat-sifat keesaan Allah. Maka sangat tepat bila kedua surat ini menjadi bacaan setelah thawaf di tempat yang paling suci di muka bumi.

2. Sa’i: Langkah-Langkah Menuju Keikhlasan dan Tauhid

Saat tiba di Bukit Safa dan Marwah, ada bacaan yang disunnahkan ketika kita berhenti dan menghadap kiblat:

“Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syai’in qadir…”

Bacaan ini bukan hanya dzikir biasa. Setiap kalimatnya adalah peneguhan tauhid:

  • Laa ilaaha illallah: Tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah.
  • Wahdahu laa syariikalah: Dia Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.
  • Lahul mulku: Milik-Nya lah seluruh kerajaan.
  • Walahul hamdu: Dan hanya untuk-Nya segala pujian.
  • Wahuwa ‘ala kulli syai’in qadir: Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Lalu kita lanjutkan dengan doa kepada siapa? Hanya kepada Allah. Bukan meminta kepada makhluk, bukan menyebut nama wali, bukan berharap pada benda-benda. Ini adalah pelajaran nyata bahwa haji melatih kita hanya bergantung kepada Allah semata.


3. Arafah: Dzikir Terbaik adalah Tahlil

Puncak haji adalah wuquf di Arafah. Dan dzikir terbaik pada saat itu adalah:

“Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syai’in qadir.”

Bayangkan, pada momen yang paling agung, di tempat yang paling mustajab, pada waktu yang paling mulia, yang disyariatkan justru kalimat tauhid, bukan permintaan-permintaan duniawi.

Inilah pesan besar dari ibadah haji: bersihkan ibadah kita dari segala bentuk syirik, baik besar maupun kecil, baik nyata maupun tersembunyi.


Kesimpulan: Haji Adalah Perjalanan Menuju Tauhid

Dari awal hingga akhir manasik, haji adalah perjalanan spiritual untuk meneguhkan tauhid dalam hati dan amal kita. Semua bacaan dan gerakan dalam ibadah ini mengingatkan kita agar:

  • Tidak menggantungkan diri pada selain Allah.
  • Tidak berharap dan takut kepada selain Allah.
  • Tidak beribadah untuk mencari pujian manusia.
  • Tidak menyekutukan Allah dengan makhluk, benda, atau ritual yang tidak bersumber dari syariat.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menanamkan keikhlasan dan ketauhidan dalam hati kita, sehingga ibadah haji kita menjadi mabrur dan penuh berkah. Aamiin.

Insya Allah bersambung

Disarikan dari kajian Manasik Haji 1446 H Nasrotul Ummah Travel & Mumtaz Indonesia Travel oleh Ustadz Dr. Musyaffa’ Ad-Dariny, M.A.

Leave a Reply